top of page

Keadaan Dunia Perfilman Di Indonesia



Film Indonesia saat ini sudah menguasai sekitar 40 persen film yang beredar di tanah air dengan peningkatan jumlah penonton 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Indikasi ini menunjukkan bahwa film karya anak bangsa sebenarnya mampu bersaing dengan film-film produksi Hollywood, tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan jumlah penonton film box office dari Amerika.

Kualitas film yang menjadi penyebabnya. Apa hanya unsur kualitasnya? Atau adakah unsur lainnya? Menurut Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), kualitas film di Indonesia berkutat pada keragaman konten yang selama ini menjadi tantangan. Tak heran jika genre film drama, komedi dan horor masih mendominasi layar lebar Indonesia, paling tidak dalam periode 2016 hingga 2018.

Tak banyak orang tahu perihal kualitas sinematografi. Sebatas menonton film di bioskop sudah dianggap mengapresiasi. Semata hanya sebagai ajang adu gengsi. Memang wajar film luar negeri diapresiasi sebab kualitas yang tersaji sudah tak diragukan lagi. Namun, film produksi anak negeri juga tak kalah dengan prestasi. Hanya saja beberapa stigma negatif masih saja menghantui. Faktanya banyak film Indonesia menembus industri film luar negeri, bahkan mendapatkan penghargaan serta apresiasi.

Contohnya saja film garapan sutradara Timo Tjahjanto, The Night Comes For Us menjadi film Indonesia pertama yang berhasil masuk salah satu platform Over The Top (OTT) yang berpusat di Los Gatos, California yaitu Netflix. Lalu ada Sekala Niskala (The Seen and Unseen) karya sutradara Kamila Andini yang berhasil memenangi penghargaan kategori Generation Kplus International Jury pada Festival Film Internasional Berlinale 2018 di Berlin, Jerman.

Indonesia memiliki banyak ajang apresiasi untuk para sineas berbakat tanah air. Hal ini tentu menjadi hal baik dan menandakan dukungan yang penuh terhadap karya bangsa.


1. Festival Film Indonesia (FFI)

Gelaran ini sudah ada sejak 1955 yang berlanjut pada 1960 dan 1967 dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional. Lalu mulai teratur sejak tahun 1973. Pialanya pun disebut dengan Piala Citra.


2. Indonesian Movie Actors Awards

Sempat memiliki nama Indonesian Movie Awards, penghargaan ini pertama kali ada pada 2007. Cikal bakal terbentuknya penghargaan ini disinyalir atas kekecewan terhdap FFI 2006. Dalam penghargaan ini, piala yang diberikan disebut Piala Layar Emas. Pemenang pun dibagi menjadi yang terbaik dan terfavorit. Dalam kategori terbaik dipilih oleh juri, sedangkan terfavorit dipilih oelh masyrakat.


3. Festival Film Bandung

Bila biasanya gelaran apresiasi hadir dari ibu kota, kali ini komunitas Forum Film Bandung punya acara juga bertajuk Festival Film Bandung. Festival ini pun terbilang sudah cukup lama hadir loh meramaikan ajang penghargaan film, yakni sejak 1987.


4. Piala Maya

Penghargaan ini terbilang cukup berbeda dengan ajang lainnya, sob. Pasalnya acara ini lahir pertama kali secara online lewat akun Twitter @FILM_Indonesia pada 31 Desember 2010. Lalu, penghargaan ini mulai berlaih ke kegiatan offline sejak 2012.


5. Festival Film Dokumenter

Acara yang dikenal juga dengan FFD Yogyakarta ini menjadi festival untuk film dokumenter pertama di Asia Tenggara loh. FFD Yogyakarta mengundang audiens dan pengunjungnya untuk belajar tentang film dokumenter.



Penulis:

Raden Yunita

089

17 views

Recent Posts

See All

Comments


Want To Tell Us? Drop Here!

Thanks for submitting!

bottom of page